Sunday, November 29, 2009

UNAS , SATU KENANGAN SILAM

UNAS atau Universitas Nasional,Jakarta adalah pusat pengajian tinggi dimana Tok Nal pernah belajar dan lulus pada tahun 1990 di fakultas Sastra.

Berkesempatan berkunjung ke Jakarta baru-baru ini , Tok Nal berkunjung kesana , ingin bertemu dengan dosen atau pensyarah Tok Nal dulu macam Prof Ghazali Dunia , HB Jasin , Dra Haryati , Drs Sidi Gazalba atau pun rektor UNAS Prof Sultan Takdir Alaisyahbana .

Malangnya , hampir keseluruhannya sudah tiada lagi , sudah kembali ke alam barzah kerana Tok Nal lulus UNAS pada tahun 1990 dan sekarang tahun 2009 , bermakna sudah 19 tahun dan sebahagian lainnya sudah bersara .

Ketika itu kesemua dosen falkultas Sastra Unas rata-rata berumur lebih 50 tahun tetapi UNAS dulu dan UNAS sekarang tidak banyak bedanya .

Bangunannya macam dulu juga cuma kemudahan untuk berkunjung ke UNAS lebih mudah dengan menggunakan angkot atau ojek tetapi ongkosnya sudah meningkat .

Kalau naik angkot , cuma 2,000 rupiah tetapi jika menaikan ojek , kosnya meningkat kepada 7,000 rupiah , walaupun begitu , macetnya Pasar Minggu tetap saperti dulu juga .

Moga UNAS terus berkembang dan UNAS juga sudah khabar telah menjalin kerjasama dengan Universiti Malaya , Kuala Lumpur( UM ) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) , Universiti Putra Malaysia (UPM) dan Univeriti Teknologi , Selangor dan Universiti Malaysia sabah ( UMS ) .

Bagi mereka yang ingin melayari website UNAS , sila tulis http://www.unas.ac.id/


Bergambar kenangan di pintu masuk utama UNAS



Papan tanda dalam kampus

Pintu gerbang masuk ke UNAS


WARNA WARNA JAKARTA

Masalah pengangkutan menjadi isu utama di Jakarta

JAKARTA mungkin tidak asing kepada kita tambahan lagi jika kita sudah sering berada disana .

Dengan penghuni kira-kira 14 juta manusia , Jakarta begitu sesak atau macet .

Mobil , speda , angkut , bajai mahpun bis dan ojek , semuanya memainkan peranan yang penting dalam kehidupan penduduk di Jakarta .

Tidak ada yang mudah di Jakarta , semua memerlukan biaya , tukang angkut juga perlu dibayar , tukang pandu perlukan bayaran malahan jika kita meminta tolong untuk menunjuk arah , juga di perlukan bayaran .

Bedanya dengan Malaysia , penduduk Jakarta ramah , mesra dan tidak mudah marah walaupun jika keadaan yang sama berlaku di Malaysia , pasti akan ada yang maut atau ditimpa kemalangan dahsyat .

Begitu lah Jakarta .

Kotanya hidup begitu meriah diwaktu siang tetapi kedainya tutup menjelang petang dan malam .

Jika ada pun yang buka cuma pasararaya utama ataupun kedai makan atau pusat hiburan .

Tetapi penduduknya hidup 24 jam .

Berkunjunglah ke Jakarta .

Pemandangan jakarta dari udara

Gelagat penjual di puncak , Bogor
Pemandangan puncak dari puncak tertinggi sekali
Di pusat pameran lukisan

Bergambar didepan sebuah kedai di Bandung

Kambing turut diletakan di tepi jalan untuk dijual

Satu keluarga menaiki bajai dengan sewa 20,000 rupiah

Lembu juga turut dijual ditengah-tengah kita Jakarta
Salah sebuah sekolah dasar di Indonesia